Helicopter Bell UH-1N Twin Huey

Selasa, 13 Oktober 2015

Dasar-Dasar Farmakologi

Dasar-Dasar Farmakologi

1.    Pendahuluan
          Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh obat terhadap fungsi suatu sistem hidup, sedangkan obat ialah zat/bahan yang digunakan untuk diagnose dan pengobatan yang meliputi meringankan, menyembuhkan atau mencegah penyakit pada manusia dan hewan. Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat berbedah dengan komoditas perdagangan, karena selain komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Walaupun obat dipakai untuk tujuan tersebut diatas, namun banyak kejadian dimana seseorang dapat menderita karena keracunan obat, kesalahan obat ataupun kesalahan penggunaan obat/penyalagunaan obat. Oleh karena itu suatu obat dapat berfungsi sebagai obat kalau digunakan benar atau digunakan untuk penyakit yang sesuai, dengan dosis/takaran yang tepat.
Disamping farmakologi, ilmu tentang obat ini telah berkembang dan merupakan cabang-cabang ilmu tersendiri, yaitu;
§  Farmakognosi, ilmu yang mempelajari tumbuh-tumbuhan yang mengandung bahan obat. Kemungkinan ilmu ini menjadi semakin penting untuk manusia bila program Tanaman Obat Keluarga (TOGA) semakin dikenal oleh masyarakat.
§  Farmasi, ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasikan, menyediakan, meracik, dan menyimpan obat.
§  Farmakokinetik adalah cabang dari farmakologi yang mempelajari nasib obat dalam tubuh, meliputi absorbsi, distribusi, metebolisme/ biotransformasi, dan ekskresi / eliminasi obat.
§  Farmakodinamik adalah cabang dari farmakologi yang mempelajari efek obat terhadap fungsi fisiologis dan biokimia berbagai organ tubuh, serta mekanisme kerjanya.
§  Farmakoterapi adalah cabang dari farmakologi yang mempelajari penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit maupun gejalanya. Ilmu ini merupakan bagian terpenting dlam pendidikan farmakologi di kedokteran, agar seorang dokter mampu menggunakan obat secara rasional.
§  Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang racun/efek racun suatu zat kimia termasuk obat, bahan kimia yang digunakan untuk serangga, rumah tangga, industri maupun lingkungan hidup, misalnya pestisida, insektisida, bahan tambahan makanan (bahan pewarna, pemanis, pemberi aroma/rasa) dan sebagainya.
2.    Fase Farmakokinetik
       Farmakokinetik dapat didefinisikan sebagai setiap proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu absorbsi, distribusi, metabolism/biotransformasi dan ekskresi (ADME). Dengan  demikian obat yang mask kedalam tubuh (melalui berbagai cara pemberian), tetap akan mengalami absorbs melalui membrane sel kemudian masuk kedalam sirkulasi darah (sistemis) dan disebarluaskan keseluruh jaringan tubuh (distribusi) dan sebagian dari obat tersebut akan mengalami metabolism/biotransformasi dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh (ekskresi) baik dalam bentuk metabolit (senyawa yang sudah dirubah) maupun dalam bentuk utuh/tidak berubah.
2.1  Absorbsi Obat
       Pengertian absorbsi adalah penyerapan obat dari usus atau tempat pemberian kedalam sirkulasi darah.
v  Kecepatan absorbsi obat
 Kecepatan absorbsi obat sangat tergantung  antara lain karena; bentuk obat dan cara pemberian.
Absorbsi tercepat dari usus kalau obat diberikan dalam bentuk terlarut, misalnya dalam bentuk sirup, sedangkan dalam bentuk padat (tablet) akan lebih lambat karena tablet harus hancur dalam usus. Pemberian secara intra vena menghasilkan efek obat yang tercepat karena obat langsung masuk kedalam sirkulasi darah (tidak melalui proses absorbsi).
2.2  Distribusi Obat
 Setelah diabsorbsi, obat akan didistribusi keseluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi darah.
2.3  Metabolisme Obat (biotransformasi)
Pada prinsipnya obat merupakan zat asing untuk tubuh yang tidak diinginkan karena dapat merusak sel dan mengganggu fungsi tubuh. Karena itu tubuh akan berupaya merombak zat asing ini menjadi metabolit yang tidak aktif dan sekaligus bersifat hidrofil (mudah larut dalam air) agar mudah di ekskresikan/di keluarkan oleh ginjal.
2.4  Ekskresi obat
        Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh disebut ekskresi dan hal ini terutama dilakukan oleh ginjal dalam air seni. Ekskresi dapat juga terjadi melalui kulit bersama keringat, atau melalui paru-paru bersama pernafasan untuk bahan-bahan yang mudah menguap. Ada pula obat yang disekresikan dalam benruk aktif oleh hati melalui empedu yang  kemudian masuk kedalam usus yang dikeluakan bersama feses. Perlu juga diketahui bahwa ada obat-obat tertetu yang diekskresikan melalui air susu ibu, misalnya penicillin, chloramfenicol, ergotamin, tiroida, dan hal ini perlu diperhatikan karena dapat menyebabkan keracunan untuk bayi.
3.    Fase Farmakodinamik
      Farmakodinamik merupakan cabang dari farmakologi serta mekanisme kerja obat. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat yaitu untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel tubuh (reseptor) yang selanjutnya member efek yang diinginkan/efek terapi.
3.1  Mekanisme kerja obat
Efek obat timbul karena interaksi obat dengan reseptor yang ada pada sel dan menghasilkan perubahan biokoimia dan fisiologi yang merupakan respon khas (khusus) untuk obat tersebut. Umumnya obat berkerja menimbulkan stimulasi (meningkatkan) atau depresi (menekan) aktivitas yang telah ada dan tidak menimbulkan suatu fungsi baru dari sel.
Contoh ; Sel-sel beta dari pulau langerhans yang menghasilkan insulin, tidak dapat distimulasi atau didepresi oleh obat agar menghasilkan zat lain.
v  Efek obat
      Tidak semua obat bersifat 100% menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya meniadakan atau meringankan gejalanya. Obat apabila diberikan dengan takaran atau dosis yang tepat, cara pakai yang benar dapat memberikan efek pengobatan terhadap penyakit, dengan demikian obat memiliki efek terapeutik.
3.2  Efek samping
 Efek samping suatu obat adalah semua khasiat/efek yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang timbul pada penggunaan dosis obat yang dianjurkan. Obat yang ideal hendaknya bekerja dengan cepat dan selektif dan semakin seletif kerjanya suatu obat, semakin kurang efek sampingnya.
Contoh ; tablet CTM, untuk penyakit gatal-gatal dengan efek samping mengantuk.
3.3  Efek teratogen
 Efek teratogen adalah efek obat yang pada dosis terapeutik untuk ibu mengakibatkan cacat pada janin, misalnya fofomelia (kaki dan tangan bayi seperti kepunyaan anjing laut).
3.4  Efek toksis
Efek toksis adalah efek tambahan dari obat yang lebih berat disamping efek samping dan merupakan efek yang tidak diinginkan. Tergantung besarnya dosis maka obat dapat memberikan efek toksis.
v  Peran Obat secara umum adalah sebagai berikut;
1.  Penetapan diagnosa
2.  Untuk pencegahan penyakit
3.  Menyembuhkan penyakit
4.  Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
5.  Peningkatan kesehatan
6.  Mengurangi/menghilangkan rasa sakit
Cara–cara pengunaan obat yang memberi efek sistemik adalah
1.    Oral, yaitu penggunaan obat melalui mulut dan masuk ke perut
2.    Sublingual, yaitu tablet diletakan dibawah lidah
3.    Bukal, yaitu tablet diletakan diantara gusi dan pipi
4.    Injeksi atau parenteral
5.    Implantasi subkutan, yaitu tablet (pellet) kecil streril dmiasukan di bawah dengan alat trokar
6.    Rektal, yaitu tablet khusus atau supositoria dimasukkan ke dalam dubur 
Cara penggunaan obat  yang memberi efek lokal, ialah :
1.    Inhalasi, yaitu larutan obat disemprotkan ke dalam mulut atau hidung dengan suatu alat seperti inhaler, vaporizer, nebulizer, atau aerosol
2.    Penggunaan obat pada mukosa seperti mata, telinga, hidung, vagina, dan sebagainya dengan obat tetes, busa dan sebagainya.
3.    Penggunaan pada kulit dengan salep, krim, losion, dan sebagainya.
Rute cara pemakain obat;
1.    Melalui mulut, masuk kerongkongan terus ke perut (per oral)
2.    Melalui sublingual (dibawah lidah) atau bukal (antara gusi dan pipi)
3.    Melalui rektal (efek lokal dan sistemik)
4.    Melalui parenteral
5.    Melalui endotel paru-paru
6.    Pemberian topikal pada kulit (efek lokal)
7.    Melalui urogenital (efek lokal)
8.    Melalui vaginal (efek lokal)
Teknik pemberian obat
Untuk dapat memberikan obat secara benar dan efektif tenaga kesehatan harus mengetahui tentang indikasi, dosis, cara pemberian, dan efek samping yang mungkin terjadi dari setiap obat yang diberikan.
Sebelum memberikan suatu obat, maka tenaga kesehatan berpegang pada prinsip  lima tepat yang meliputi;
1.    Tepat dosis/takaran
2.    Tepat obat
3.    Tepat pasien
4.    Tepat cara pemberian/pemakaian
5.    Tepat waktu pemakaian
·         waktu pagi
·         waktu siang
·         waktu malam
·         sebelum/sesudah makan
1.    Pemberian obat per oral   
Pemberian obat per oral (melalui mulut) merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul, atau puyer. Untuk membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat disertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.
Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah
1.    Aksi obat lambat sehingga cara ini tidak dapat dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikan per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek puncaknya dicapai setelah 1 sampai 1 1/2 jam.
2.    Rasa dan bau obat yang tidak enak sering menggangu pasien.
3.    Cara per oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
Beberapa jenis obat dapat menngakibatkan iritasi/gangguan lambung dan menyebabkan muntah. Untuk mmencegah hal ini, obat dipersiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam lambung, tetapi menjadi hancur di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh dibuka, kapsul tidak boleh dikunya dan pasien diberi tahu untuk tidak minum antasid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus dilakukan dengan  cara  yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak.
2.    Pemberian secara sublingual
Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara meletakan obat dibawah lidah. Dengan cara ini, kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur dibawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi kedalam pembuluh darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidak menelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat tidak ditelan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat ini banyak diberikan pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina pektoris. Dengan cara sublingual, obat beraksi dalam satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit.
3.    Pemberian obat secara bukal       
Dalam pemberian obat secara bukal, obat diletakan antara gigi dengan selaput lendir pada pipi bagian dalam. Seperti pada pemberian secara sublingual, pasien dianjurkan untuk mmbiarkan obat pada selaput lendir pipi bagian dalam sampai obat hancur dan diabsorbsi. Kerja sama pasien sangat penting dalam pemberian obat cara ini karena biasanya pasien akan menelan yang akan menyebabkan obat menjadi tidak efektif.
Misalnya; Tablet Oksitosin untuk membantu mempercepat persalinan.
4.    Pemberian obat secara parenteral  
 Istilah parenteral mempunyai arti setiap jalur pemberian obat selain melalui enteral atau saluran pencernaan. Biasanya istilah parenteral dikaitkan dengan  pemberian  obat secara injeksi baik intradermal, subkutan, intramuskular, atau intravena. Pemberian obat secara parenteral mempunyai aksi kerja lebih cepat dibanding dengan secara oral. Namun, pemberian secara perenteral mempunyai berbagai resiko antara lain;
1.    Merusak kulit
2.    Menyebabkan nyeri pada pasien
3.    Salah tusuk
4.    Lebih mahal
Demi keamanan pasien, tenaga kesehatan harus mempunyai pengetahuan yang benar tentang cara pemberian obat secara parenteral termasuk cara menyiapkan, memberikan obat dan menggunakan teknik steril.
5.    Pemberian obat topikal
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, berbagai jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment, ointment, pasta dan bubuk yang biasanya dipakai untuk pengobatan gangguan kulit misalnya; gatal-gatal,kulit kering, infeksi dan lain-lain. obat topikal juga dikemas dalam  bentuk obat tetes (instilasi) yang dipakai untuk tetes mata, telinga, atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik mata, telinga, hidung, vagina, maupun rektum.
6.    Pemberian obat secara Inhalasi
-       Untuk obat-obat yang tersedia bentuk gas, cairan mudah menguap atau aerosol (semprot)
-       Absorbsi/penyerapan obat melalui mukosa paru-paru dan bronkus.
7.    Pemberian obat secara sublingual
Obat diletakan dibawah lidah dan obat didistribusi melalui peredaran darah ke lokasi yang diinginkan
8.    Pemberian obat secara implantasi
Bentuk obat; tablet kecil, bulat steril dan diletakan dimasukkan dibawah atau didalam kulit
9.    Pemberian obat secara vaginal
-       Obat berbentuk oval dan dimasukkan dalam vagina
-       Efek obat dapat efek sistemik atau lokal
10. Pemberian obat secara rektal
Obat tersedia dalam bentuk torpedo dan dimasukkan dalam anus.
Pada pemberian obat secara per oral, terdapat 2 bentuk obat;
1.    Padat
-       Tablet
-       Kapsul
-       Serbuk
2.    Cair
·         Sirup, larutan obat yang mengandung gula.
·         Eliksir, larutan obat yang mengandung alkohol dengan kadar dan volume alkohol  kecil.
·         Emulsi, larutan obat yang mengandung air dan minyak. Sebelum diminum/dipakai harus dikocok sehingga obat tercampur dengan sempurna.
·         Suspensi, sirup yang mengandung butiran halus obat dan sebelum dipakai harus dikocok dengan benar.
·         Sirup kering
-       Serbuk obat dalam keadaan kering dalam botol, jika hendak diminum ditambahkan air sampai takaran tertentu dan dapat disimpan tidak lebih dari 7 hari.
-       Sebelum dipakai harus dikocok dengan benar
Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien;
a)          Kapan obat digunakan dan berapa banyak?
Beberapa pasien berpendapat bahwa makin banyak obat diminum, semakin cepat sembuh. Pendapat ini tentu saja tidak benar dan sangat berbahaya. Oleh karena itu perlu dijelaskan sesuai petunjuk dalam resep;
1.    Pemakaian per hari
-         Tiga kali sehari, atau
-         Dua kali sehari, atau
-         Satu kali sehari
2.    Waktu pemakaian obat
-       Pagi, siang, malam
b)         Berapa lama obat harus dimakan/diminum atau dioleskan?
Beberapa pasien hanya menggunakan obat sampai badan terasa sembuh. Hal ini tidak menjadi masalah apabila penyakit yang diobati ringan misalnya alergi atau sakit kepala. Masalah serius akan timbul apabila penyakit yang diobati misalnya infeksi. Oleh karena itu, beritahukan kepada pasien berapa hari/minggu obat harus diminum/dimakan. Misalnya : antibiotik, harus diminum sampai habis.
c)          Bagaimana cara menggunakan obat tersebut?
v  Obat dapat dimakan/minum dengan bantuan air putih biasa, teh manis, pisang, susu, dan lain-lain. namun demikian, untuk tetrasiklin tidak boleh diminum bersama-sama dengan susu, karena khasiat tetrasiklin akan berkurang dengan adanya susu.
v  Beberapa obat baru bekerja dengan maksimal bila lambung dalam keadaan kosong (1 jam sebelum makan), misalnya golongan antibiotika (Ampisilin, Tetrasiklin). Obat antasida (campuran magnesium trisilikat) bekerja maksimal apabila dimakan satu atau dua jam setelah makan dan waktu tidur. Tablet Asetosal dan besi (Fe-Sulfat) dapat menyebabkan iritasi lambung oleh karena itu harus dimakan bersama-sama makanan.
d)         Ciri-ciri tertentu setelah pemakaian obat
v  Berkeringat pada penderita demam panas setelah memakan obat penurun panas.
v  Perubahan warna tinja dan air seni setelah minum Tertrasiklin, Refampisin, Vitamin B kompleks
v  Rasa mengantuk, untuk obat antihistamin seperti CTM dianjurkan kepada pasien yang meminum obat ini untuk tidak menjalankan kendaraan mesin.
Obat Kadaluwarsa
Dalam kemasan obat selalu ada petunjuk pemakaiandan disertakan pula informasi bahan-bahan aktif, baik bahan nabati maupun kimia, serta tanggal kadaluwarsa. Tanggal kadaluwarsa berarti tanggal dimana batas pemakaian obat sudah habis.  Obat yang sudah kadaluwarsa memungkinkan zat aktif pada obat berubah bentuk, bahkan menjadi racun. Selain itu, aktivitas dan daya sembuhnya akan menurun dan bisa juga obat itu sudah rusak. Obat kadaluwarsa bukan hanya sekedar berkurang fungsi dan manfaatnya, tapi akan mendatangkan bahaya. Baik obat kadalwarsa maupun obat rusak, sama-sama memberikan efek samping yang buruk. Untuk mengantisipasinya, belilah obat hanya ditempat yang terpercaya, misalnya di apotik.
Batas kadaluwarsa suatu obat ditentukan oleh pabrik pembuatnya. Secara umum untuk melihat suatu obat sudah kadawarsa atau belum, perhatikan tanda pada kemasannya. Pada kemasan obat  tertentu tercantum batas kadawarsa dalam bulan dan tahun. 
Obat palsu
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 242/Menkes/SK/V/1990, tertanggal 28 Mei 1990, yang dikategorikan sebagai obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh pihak yang tidak berhak menurut undang-undang. Obat palsu tediri dari beberapa jenis, yaitu;
1.    Produk yang mengandung bahan berkhasiat dengan kadar memenuhi syarat, diproduksi, dikemas dan dilabel seperti produk aslinya, tetapi bukan dibuat oleh produsen aslinya.
2.    Obat yang mengandung bahan berkhasiat dengan kadar yang tidak memenuhi syarat.
3.    Produk dibuat dengan bentuk dan kemasan seperti produk asli, tetapi tidak mengandung bahan yang berkhasiat.
4.    Produk yang menyerupai produk asli, tetapi mengandung bahan berkhasiat yang berbeda.
5.    Produk yang diproduksi tanpa izin.

Bukan berita baru lagi jika obat palsu banyak beredar dipasaran. Akibatnya, pasien atau pengguna obat palsu ini akan mengalami gejala-gejala tambahan, keluhan penyakit yang tidak kunjung sembuh dan terjadinya resistensi kuman sebab penggunaan antibiotika dengan dosis yang tidak tepat. Efek samping yang sangat membahayakan adalah jika obat palsu di campur atau tercemar bahan toksik (racun) karena lokasi yang digunakan untuk meramu dan mengemas obat palsu tidak bisa terjamin kebersihannya. Dampak yang terburuk adalah kematian.

Dasar-Dasar Penyakit

KONSEP DASAR PENYAKIT

Pengertian Penyakit
Penyakit adalah suatu kondisi di mana terdapat keadaan tubuh yang abnormal, yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang sehat.
Setiap nama penyakit yang terpisah ditandai secara spesifik oleh seperangkat gambaran yang jelas (sebab, tanda dan gejala, perubahan morfologi dan fungsi). Berbagai penyakit mempunyai gambaran umum yang sama sehingga mereka dikelompokkan bersama-sama pada system klasifikasi penyakit.
Penyakit merupakan manifestasi klinis melalui tanda-tanda dan gejala yang berhubungan dengan abnormalitas yang mendasarinya.

Karakteristik Penyakit
Masing-masing penyakit mempunyai seperangkat gambaran yang khas, yang memungkinkan untuk lebih dimengerti, dikelompokkan dan didiagnosis. Karakteristik penyakit meliputi :
 Etiologi (sebab)
 Pathogenesis (mekanisme)
 Perubahan patologis dan klinis (manifestasi)
 Komplikasi dan cacat (efeknya)
 Prognosis
 Epidemiologi (insiden)
Keterangan :
a. Etiologi
Etiologi suatu penyakit adalah penyebab penyakit itu sendiri yang merupakan inisiator serangkaian peristiwa yang menyebabkan sakitnya penderita. Atau, etiologi adalah suatu gambaran mengenai penyebab penyakit yang meliputi identifikasi factor-faktor yang menimbulkan penyakit tertentu. Agen penyebab penyakit secara umum adalah :
• Kelainan genetic
• Agen infeksi; bakteri, virus, parasit, jamur
• Bahan kimia
• Radiasi
• Trauma mekanik
Beberapa penyakit dapat disebabkan oleh campuran beberapa factor, misalnya factor genetic dan agen infeksi. Penyakit seperti ini dikenal sebagai penyakit yang mempunyai sebab multifactor.
Kadang penyebab penyakit tidak diketahui, tapi penyakit tersebut diketahui lebih sering berjangkit pada manusia yang mempunyai bentuk tubuh tertentu, pekerjaan, kebiasaan atau tempat tinggal, yang kesemuanya dikenal dengan factor resiko. Factor-faktor ini mungkin memberikan arahan pada penyebab yang tidak teridentifikasi.
Contoh etiologi, TBC disebabkan oleh basil tuberculosis dengan factor penyebab lain adalah usia, status gizi, pekerjaan.

b. Patogenesis
Pathogenesis penyakit adalah suatu mekanisme di mana melalui proses ini penyebab sakit bekerja, yang kemudian menghasilkan tanda dan gejala klinis maupun patologis. Atau dengan kata lain, pathogenesis menunjukkan perkembangan atau evolusi penyakit. Yang termasuk dalam pathogenesis penyakit adalah ;
• Proses radang
Suatu respon terhadap berbagai mikroorganisme dan berbagai jenis bahan yang merugikan dan menyebabkan kerusakan jaringan
• Degenerasi
Kemunduran sel atau jaringan yang merupakan respon atau kegagalan dari penyesuaian terhadap berbagai agen
• Karsinogenesis
Mekanisme di mana bahan karsinogen menyebabkan terjadinya kanker
• Reaksi immune
Suatu efek/reaksi system immune tubuh yang tidak diinginkan
Contohnya adalah pathogenesis TBC meliputi mekanisme invasi basilus tuberculosis ke dalam tubuh yang akhirnya menimbulkan kelainan. Hal ini berkaitan dengan proliferasi dan penyebaran basil tuberculosis sehingga menimbulkan respon peradangan, pertahanan tubuh imunologik dan rusaknya sel-sel dan jaringan yang akhirnya menimbulkan gejala kelainan.

c. Manifestasi Bentuk dan Fungsi
Bahan/agen etiologic (sebab) bekerja melalui jalan patogenetik (mekanisme) untuk menghasilkan suatu manifestasi penyakit yang dipaparkan sebagai tanda dan gejala klinis, misalnya turunnya berat badan, nafas pendek dan gambaran yang abnormal di mana tanda dan gejala klinis dapat dipaparkan.
1) Kelainan Bentuk
Kelainan bentuk umum yang sering menyebabkan sakit adalah :
o Lesi-lesi yang mengisi ruang (misalnya tumor) menghancurkan, memindah atau menekan jaringan sehat di dekatnya
o Penimbunan yang berlebihan atau materi abnormal dalam organ (misalnya amiloid)
o Letak jaringan yang abnormal (misalnya tumor heterotopy) akibat invasi, metastasis atau pertumbuhan yang abnormal
o Hilangnya jaringan sehat dari permukaan (misalnya ulserasi) atau dari dalam organ solid (misalnya infark)
o Obstruksi aliran normal dalam saluran, misalnya asma, oklusi vaskuler
o Rupture dari ruang viskus, misalnya aneurisma, perforasi usus

2) Kelainan Fungsi
Kelainan fungsi yang mengakibatkan sakit adalah :
 Sekresi yang berlebihan dari produksi sel, misalnya mucus hidung pada influenza, hormone dengan efek yang jauh
 Sekresi yang tidak mencukupi dari produk sel, misalnya tidak ada insulin pada diabetes mellitus
 Gangguan konduksi saraf
 Gangguan kontraktilitas struktur otot

Rasa sakit biasanya diakibatkan satu atau campuran gejala yang biasa :
• Nyeri
• Demam
• Mual
• Lemas

3) Lesi
Lesi merupakan kelainan struktur atau fungsi yang bertanggung jawab terhadap kondisi sehat-sakit. Misalnya seorang penderita infark myocard, infark atau jalan menuju kematian myocard merupakan suatu lesi.
Tidak semua penyakit mempunyai lesi yang dapat dilihat yang berkaitan dengan sakitnya, misalnya depresi, schizophrenia.

4) Kelainan yang patognomonik
Bentuk yang patognomonik mempunyai arti hanya dipunyai untuk satu jenis penyakit atau kategori suatu penyakit. Tanpa bentuk patognomonik ini, diagnosis tidak mungkin ditegakkan atau menjadi ragu. Contohnya, adanya mycobacterium tuberculosis, patognomonik pada penyakit TBC.
Secara klinis, bentuk patognomonik sangat berguna, sebab dapat merupakan diagnose pasti. Kehadirannya tidak akan meragukan untuk menetapkan diagnosis. Tetapi, ada beberapa penyakit yang mempunyai bentuk campuran di mana tidak satu diantara bentuk campuran tersebut dapat merupakan alat diagnostic yang mutlak. Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya bentuk campuran. Penyakit yang mempunyai bentuk campuran tersebut disebut syndrome.

d. Komplikasi dan Cacat
Penyakit mungkin sekali mempunyai efek yang diperpanjang, sekunder atau jauh. Misalnya penyebaran organism penyakit infeksi dari tempat asal masuknya kuman, pada tempat itu terjadi rangsangan reaksi radang, yang menyebar ke tempat lain dari dari tubuh manusia, di mana reaksi yang serupa akan terjadi. Keadaan serupa juga ditemukan pada tumor ganas, yang permulaannya timbul pada satu organ sebagai tumor primer, kemudian sel kanker melalui pembuluh darah atau pembuluh limfe menyebar ke organ lain dan menimbulkan tumor sekunder atau metastasis. Jalannya penyakit mungkin diperpanjang dan menimbulkan komplikasi jika kemampuan pertahanan tubuh, perbaikan atau regenerasinya berkurang.

e. Prognosis
Prognosis merupakan perkiraan terhadap apa yang telah diketahui atau terhadap perjalanan suatu penyaki, yang dapat disebut sebagai kemungkinan yang akan dihadapi oleh penderita. Atau dapat dinyatakan lebih terarah/spesifik karena adanya informasi yang lengkap tentang penderita dan penyakitnya sehingga memungkinkan untuk memberikan perkiraan yang lebih tepat. Misalnya pada penderita kanker paru yang telah menyebar sampai hati, tulang dan otak, sangat mungkin hidupnya hanya sampai 6 bulan lagi.
Prognosis setiap penyakit merupakan perjalanan penyakit yang dipengaruhi oleh tindakan medis atau bedah. Jadi harus diketahui dan dibedakan antara prognosis suatu penyakit yang sesuai dengan perjalanan alamiah penyakit dengan prognosis penyakit yang sama pada sekelompok penderita, yang telah mendapat pengobatan yang tepat.
Dalam menilai prognosis yang mencakup kurun waktu lama dari suatu penyakit kronis/menahun, sangat penting untuk membandingkan keberhasilan hidup sekelompok penderita dengan data actual terhadap populasi yang bebas dari penyakit tersebut.

Remisi dan Kambuh
Tidak semua penyakit kronis berjalan dengan sakit terus-menerus. Beberapa mengalami periode tenang dan penderita menikmati kondisi hidup yang relative sehat. Remisi merupakan proses perkembangan dari kondisi aktif menjadi kondisi yang tenang. Jika tanda dan gejala timbul kembali, proses ini dikenal sebagai kambuh (relapse).
Beberapa penyakit mungkin berjalan melalui beberapa siklus remisi dan kambuh, sebelum penderitanya sembuh atau mati karena penyakitnya. Kecenderungan dari beberapa penyakit untuk masuk dalam siklus remisi dan kambuh, mempersulit untuk menetapkan prognosis pada setiap penderita.

f. Morbiditas dan Mortalitas
Morbidity/ kesakitan dari suatu penyakit ialah jumlah semua pengaruh penyakit pada penderita. Kesakitan pada suatu penyakit tidak selalu berakhir dengan berkurangnya kemampuan/ disability penderita. Contohnya, pada penderita infark myocard yang tidak fatal meninggalkan daerah parut pada myocardium, yang akan mengganggu kontraksi otot dan merupakan factor predisposisi terjadinya kegagalan jantung. Keadaan ini merupakan kesakitan/morbidity pada penderita yang bersangkutan. Kegagalan jantung dipaparkan dalam bentuk nafas yang pendek, aktivitas penderita yang terbatas, kedua hal ini menunjukkan berkurangnya kemampuan penderita (disability).
Mortalitas suatu penyakit merupakan suatu kemungkinan di mana kematian merupakan hasil akhir dari suatu penyakit. Mortalitas biasanya diformulasikan sebagai persentase seluruh penderita pada suatu penyakit. Contohnya, angka kematian/mortality rate dari infark myocard dinyatakan sebesar 50% pada kondisi tertentu.

g. Epidemiologi
Epidemiologi merupakan studi terhadap penyakit pada populasi. Epidemiologi juga untuk mengidentifikasi sebab dan perjalanan penyakit. Kegiatan epidemiologi meliputi perekaman dan analisis data penyakit dalam sekelompok manusia dan bukan hanya pada satu individu.
Pengetahuan tentang insiden penyakit sangat penting untuk :
 Penyediaan petunjuk etiologic
 Perencanaan upaya pencegahan
 Penyediaan fasilitas kedokteran yang mencukupi
 Penentuan kelompok yang relevan untuk program skrining
Epidemiologi kadang-kadang dimaksudkan sebagai patologi populasi, sering menyediakan petunjuk penting terhadap sebab-sebab penyakit. Contohnya, pada daerah tertentu atau kelompok individu insiden actual suatu penyakit melampaui insiden yang diperkirakan, ini member arahan bahwa penyakit dapat diakibatkan oleh ;
o Predisposisi genetic lebih prevalen pada populasi tersebut
o Sebab lingkungan lebih prevalen pada populasi tersebut
o Kombinasi genetic dan factor lingkungan
Insiden penyakit, prevalensi, remisi dan mortalitas merupakan data numeric tentang pengaruh penyakit pada populasi :
• Incidence rate adalah jumlah kasus-kasus baru dari suatu penyakit pada populasi tertentu yang diketahui dalam periode tertentu
• Prevalence rate adalah jumlah kasus suatu penyakit yang ditemukan pada populasi tertentu yang diketahui dalam periode tertentu
• Remission rate adalah jumlah kasus suatu penyakit yang sembuh secara proporsional
• Mortality rate adalah jumlah atau prosentase kematian suatu penyakit dalam populasi tertentu yang diketahui

Sistem Pemberian Nama Penyakit
Tujuan system pemberian nama penyakit adalah :
• Kesamaan pemberian nama member fasilitas berkomunikasi
• Memungkinkan studi epidemiologi yang akurat
Jenis system pemberian nama penyakit :
a. Primer dan Sekunder
Pada ppemberian nama penyakit, kata primer dan sekunder digunakan untuk 2 maksud yaitu :
 Digunakan untuk menjelaskan penyebab suatu penyakit
Primer pada lingkup ini mempunyai arti bahwa penyakit tanpa diketahui secara jelas penyebabnya. Kata lain yang mempunyai istilah yang sama adalah esensial, idiopatik, kriptogenik. Contohnya, hipertensi primer mempunyai arti tekanan darah abnormal yang tinggi tanpa sebab yang jelas.
Sekunder mempunyai arti bahwa penyakit merupakan komplikasi atau manifestasi beberapa lesi. Contohnya, hipertensi sekunder mempunyai arti tekanan darah abnormal yang tinggi sebagai akibat atau komplikasi penyakit lain.
 Digunakan untuk mengetahui/membedakan antara permulaan dengan stadium lanjut penyakit, terutama pada penyakit kanker. Contohnya, tumor primer ialah tumor permulaan, darimana sel-sel kanker yang disebarluaskan akan menyebabkan terjadinya tumor sekunder dalam tubuh manusia.

b. Akut dan Kronis
Merupakan terminology yang digunakan untuk menerangkan perkembangan penyakit. Kondisi akut mempunyai perjalanan yang cepat, sering tapi tidak selalu diikuti dengan resolusi yang cepat. Kondisi kronis dapat diikuti proses akut, tapi yang sering ialah proses yang tersembunyi dan berlangsung lama sampai berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun.
Dalam hal ini, kondisi subakut yang merupakan kondisi antara akut dan kronis jarang digunakan. Terminology subakut sering digunakan untuk menilai kualitas alamiah proses radang. Walaupun demikian, subakut dapat digunakan untuk menerangkan dinamika suatu penyakit.
Secara klinis, terminology di atas sering digunakan penderita untuk menggambarkan gejala penyakitnya, misalnya sakit yang akut mempunyai maksud berat atau jelas.

c. Jinak dan Ganas
Jinak dan ganas merupakan terminology yang digunakan untuk klasifikasi penyakit tertentu, sesuai dengan hasil keluarannya. Misalnya, tumor jinak menggambarkan proses pada jaringan asal dan sangat jarang mematikan, kecuali jika mendesak organ vital (misalnya otak). Sedangkan tumor ganas mengadakan infiltrasi dan menyebar dari tempat asalnya dan sering mematikan. Contoh lain, hipertensi benigna menggambarkan peningkatan tekanan darah yang relative ringan, yang berkembang pelan dan bertahap serta menyebabkan kerusakan tersembunyi pada organ tubuh. Keadaan ini berbeda dengan hipertensi maligna, di mana kenaikan tekanan darah berlangsung cepat dan memberikan gejala dan kerusakan jaringan yang berat, misalnya sakit kepala, penglihatan kabur, kegagalan ginjal, perdarahan otak.

Istilah-istilah dalam nama penyakit
a. Tambahan awalan
Tambahan awalan yang sering digunakan dan artinya adalah :
 Ana- : tidak ada/abses, misalnya anafilaksis
 Dis- : kelainan/penyimpangan, misalnya dysplasia
 Hiper- : kelebihan di atas normal, misalnya hipertyroid
 Hipo- : kekurangan di bawah normal, misalnya hipotyroid
 Meta- : perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain, misalnya metaplasia

b. Tambahan akhiran
Tambahan akhiran yang sering digunakan dan artinya adalah :
 -itis : proses radang, misalnya apendiksitis
 -oma : tumor, misalnya karsinoma
 - osis : keadaan atau kondisi yang tidak selalu patologis, misalnya osteoarthritis
 -oid : kemiripan pada sesuatu, misalnya penyakit rheumatoid
 -penia : tidak adanya, misalnya trombositopenia
 -sitosis : naiknya jumlah sel, biasanya dalam darah, misalnya leukositosis
 -ektasis : dilatasi, misalnya bronkiektasi
 -plasia : kelainan pertumbuhan, misalnya hiperflasia
 -opati : bentuk abnormal yang kehilangan karakteristiknya, misalnya limfadenopati

c. Nama eponimosa
Penyakit atau lesi epinimous adalah pemberian nama yang berkaitan dengan seseorang atau tempat. Nama ini biasanya digunakan jika asal atau penyebab penyakit tidak diketahui atau ketika telah lama digunakan sesuai hasil pemberian nama sebagai bagian dari bahasa kedokteran atau untuk mengingat seseorang yang pertama kali menggambarkan keadaan penyakit tersebut. Contohnya adalah ;
 Penyakit graves : tirotoksikosis primer
 Penyakit paget putting susu : infiltrasi kulit putting susu oleh sel kanker jaringan payudara
 Penyakit chron : radang kronis usus yang mengenai ileum terminalis dan menyebabkan penyempitan lumen
 Penyakit Hodgkin : neoplasma kelenjar limfe yang ditandai adanya sel reed-sternberg
 Sel reed-sternberg : sel yang besar, mengandung 2 inti dengan nucleoli yang prominen yang merupakan dasar diagnosis penyakit Hodgkin

d. Sindroma
Sindroma adalah kumpulan tanda dan gejala atau kombinasi suatu lesi. Tanpa hal ini, penyakit tidak dapat diketahui atau didiagnosis. Sindroma selalu mempunyai nama epinomous. Contohnya :
 Sindroma chusing : hiperaktivitas korteks adrenal yang menyebabkan kegemukan, hirsutisme, hipertensi, dsb.
 Sindrom nefrotik : albuminuria, hipoalbuminemia, edema

Prinsip-prinsip Klasifikasi Penyakit
Klasifikasi berguna dalam diagnosis yang memungkinkan suatu nama digunakan untuk keadaan sakit tertentu. Klasifikasi penyakit merupakan tingkat kategori yang relative kasar yang kelihatannya akan berubah secara cepat. Karenanya semakin terperinci klasifikasi suatu penyakit, semakin cenderung untuk berubah sejalan dengan peningkatan ilmu kedokteran.
Penggunaan klasifikasi penyakit secara umum dan luas, yang paling utama didasarkan pada pathogenesis atau mekanisme penyakit. Sebagian besar penyakit dapat dikelompokkan dan diklasifikasikan sebagai berikut :
 Congenital
 Genetic
 Non genetic
 Didapat
 Radang
 Vaskuler
 Gangguan pertumbuhan
 Kerusakan dan perbaikan
 Gangguan metabolic dan degenerative
Keterangan :
a. Penyakit congenital
Penyakit congenital (kelainan genetic/kromosom dan malformasi) terjadi sekitar 5% dari kelahiran di Inggris, yang terdiri atas :
o Malformasi 3,5%
Malformasi yang sering ditemukan adalah defek jantung congenital, spina bifida, deformitas tungkai.
o Defek gen tunggal 1%
Contohnya fenilketonuria, fibrosis kistik
o Penyimpangan kromosom 0,5%
Contohnya sindrom turner (XO kromosom seks), sindrom down (trisomi 21)
Penyakit congenital dimulai sebelum lahir, tapi sebagian baru memberikan tanda dan gejala klinis setelah dewasa. Penyakit congenital mungkin disebabkan defek genetic, baik diturunkan dari kedua orangtuanya maupun mutasi genetic sebelum lahir atau factor luar yang mengganggu pertumbuhan embrio atau fetus.
Contoh defek genetic adalah sistik fibrosis yang merupakan gangguan transport membrane sel yang diturunkan sebagai kelainan autosomal resesif dari gen orangtuanya. Contoh defek non genetic adalah penyakit congenital hilangnya pendengaran dan kelainan jantung sebagai akibat infeksi fetus pada ibu yang menderita rubella pada waktu mengandung.

b. Penyakit yang didapat
Penyakit yang didapat disebabkan oleh factor lingkungan. Penyakit ini dikelompokkan sesuai dengan patogenesisnya.
1) Penyakit radang
Radang merupakan respon fisiologik jaringan yang hidup terhadap rangsanng yang merugikan. Pemberian nama biasanya berdasarkan jenis organ yang terkena ditambah akhiran “-itis”. Contohnya :
• Tonsillitis : di tonsil
• Apendiksitis : apendiks
• Dermatitis : di kulit
• Arthritis : di sendi
Tapi ada juga pemberian nama di luar konsep tersebut, misalnya tuberculosis, sifilis, leprosy yang merupakan penyakit infeksi dengan reaksi radang yang khas.
Setiap kelompok penyakit radang mempunyai bentuk tersendiri yang tergantung pada :
 Penyebab
 Respon tubuh penderita yang tepat
 Organ yang terkena
2) Gangguan vaskuler
Gangguan vaskuler merupakan keadaan sebagai hasil dari gangguan dari aliran darah, baik dari, ke, maupun di dalam organ. Pembuluh darah merupakan saluran yang penting. Segala pengurangan aliran darah akan menyebabkan terjadinya iskemia pada jaringan yang bersangkutan. Jika iskemia tetap terjadi untuk waktu yang lama, akan terjadi kematian jaringan yang disebut infark. Di Negara yang telah berkembang, gangguan vaskuler merupakan masalah kesehatan yang besar, seperti :
• Infark myocard
• Infark otak
• Gangrene tungkai
• Syok dan kegagalan sirkulasi
3) Gangguan pertumbuhan
Merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang abnormal termasuk penyesuaian terhadap perubahan lingkungan, misalnya :
o Pembesaran jantung pada penderita tekanan darah tinggi
o Pada penderita penyakit kelenjar pituitary yang menyebabkan berkurangnya produksi ACTH akan mengakibatkan pelisutan kelenjar adrenal
o Neoplasma atau tumor
4) Rudapaksa dan perbaikan
Rudapaksa mekanik atau trauma dapat langsung menyebabkan penyakit, di mana kelainan yang terjadi tergantung dari sifat dan besarnya rudapaksa. Secara khusus, mekanisme perbaikan kurang efektif pada lanjut usia, malnutrisi, mobilitas tinggi, adanya benda asing dan infeksi.
5) Gangguan metabolic dan degenerative
Gangguan metabolic dan degenerative sangat banyak dan beragam. Beberapa gangguan metabolic merupakan kelainan congenital (kesalahan metabolism waktu lahir) dan diturunkan melalui gen yang rusak dari orangtuanya. Gangguan metabolic yang didapat contohnya diabetes mellitus, gout, walaupun ada bagian dari predisposisi genetic, dan sebagian merupakan kelainan sekunder akibat penyakit lain seperti hiperkalsemia.
Gangguan degenerative ditandai oleh hilangnya struktur dan fungsi jaringan.

Klasifikasi Penyakit
a. Penyakit herediter/familial
Disebabkan oleh kelainan herediter dalam kromosom atau gen pada satu atau kedua orangtua yang diturunkan pada keturunannya. Kromosom atau gen yang berubah dapat menyebabkan dihasilkannya protein abnormal yang mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh yang penting.
Contohnya :
 Sindrom down akibat jumlah kromosom abnormal pada posisi 21
 Hemofili akibat gen-gen resesif yang mengakibatkan defisiensi factor VIII
b. Penyakit congenital
Terdapat pada saat lahir, beberapa diturunkan sedangkan yang lain dapat disebabkan oleh cacat perkembangan yang asalnya diketahui atau tidak diketahui. Tidak semua penyakit herediter adalah congenital dan tidak semua penyakit congenital adalah herediter.
c. Penyakit toksik
Disebabkan oleh ingesti racun. Contohnya inhalasi karbonmonoksida dari buangan kenderaan bermotor dalam garasi yang tertutup dapat menyebabkan hipoksia jaringan dan kematian.
d. Penyakit infeksi
Diakibatkan oleh invasi organism pathogen hidup, misalnya bakteri, virus, jamur, protozoa, cacing
e. Penyakit traumatic
Disebabkan oleh cedera fisik; cedera mekanik kasar, panas atau dingin yang ekstrem, listrik, radiasi merupakan contoh agen fisik yang dapat menyebabkan trauma pada tubuh.
f. Penyakit degenerative
Berkaitan dengan proses penuaan normal dan semakin sering dengan meningkatnya rentang kehidupan. Contohnya osteoarttritis, arteriosklerosis.
g. Penyakit imunologik
System immune secara normal bereaksi melindungi terhadap invasi antigen asing dan kanker. Jadi penyakit ini berkaitan dengan reaksi system immune dalam tubuh. Hipersensitivitas/alergi, autoimmune, imunodefisiensi merupakan tipe reaksi immune.


h. Penyakit neoplastik
Ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal yang menyebabkan berbagai jenis tumor jinak dan ganas.
i. Penyakit yang berhubungan dengan gizi
j. Penyakit metabolic
Diakibatkan oleh gangguan pada beberapa proses metabolic penting dalam tubuh. Contohnya, diabetes melitus
k. Penyakit molekuler
Diakibatkan oleh kelainan molekul tunggal yang menyebabkan abnormalitas produk molekuler pada aktivitas seluler. Contohnya, anemia sel sabit akibat kelainan pada urutan 2 asam amino dalam molekul hemoglobin sehingga menyebabkan bentuk abnormal dari sel darah merah
l. Penyakit psikogenik
Dimulai dalam pikiran, berasal dari emosional atau psikologik dalam kaitannya dengan suatu gejala. Contohnya, scizofrenia, dementia
m. Penyakit iatrogenic
Suatu oenyakit atau gangguan yang ditimbulkan secara tidak sengaja sebagai akibat pengobatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk beberapa gangguan lain. Dengan kata lain, efek-efek tersebut dapat dihindari dengan perawatan yang benar dan tepat. Contohnya, efek samping diuretic tiazid adalah hipokalemia yang dapat menyebabkan disritmia jantung serius. Upaya untuk menghindarinya dapat dilakukan dengan pemantauan kadar kalium serum yang seksama dan menyediakan makanan yang tinggi kalium.
n. Penyakit idiopatik
Penyakit yang penyebabnya tidak diketahui. Contohnya hipertensi esensial